ANDI MUHAMMAD ASLAM, pria yang berumur 37 tahun ini akhir juni 2014 lalu menerima penghargaan dari Wakil Presiden Indonesia, Bapak Boediono karena upayanya dalam memberantas dan penggiat penanggulangan pemberantaan narkoba dan HIV/AIDS.
Awalnya pria yang biasa dipanggil Aslam ini hanya ingin jalan-jalan ke kota di daerah kalimantan timur hingga sampailah Ia ke kota Bontang. Disana Ia mulai tertarik untuk mencari tahu kehidupan orang-orang disana karena kota ini terkenal dengan kota yang banyak orangnya bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK). Mulai dari sana Ia mulai menggali-gali cerita dari para PSK tersebut tentang kehidupan mereka yang dilihatnya masih kurang pengetahuan akan bahayanya narkoba dan HIV/AIDS. Topik yang mereka bahas antar PSK hanyalah sebatas kompetisi untuk mendapat konsumen yang lebih banyak.
PSK biasanya tidak peduli akan bahanyanya minuman keras, seks bebas karena kalau tamu mengajak mereka minum, mereka harus mau.
Sebagian besar dari mereka bekerja seperti itu agar mudah mendapatkan uang atau berlatar belakang dari keluarga yang tidak harmonis atau depresi.
Setelah semakin lama mengobrol, para PSK tersebut mulai mau bercerita tentang kehidupan mereka secara lebih detail. Disitulah Aslam mulai berani buka omongan soal bahayanya narkoba, efek minuman keras, seks bebas, dan lain-lainnya. Mereka jadi sering sakit dan kalau mereka sakit pengeluaran yang dikeluarkan lebih besar, mereka juga tidak bisa bekerja. Tentunya sangat sulit mengubah pola pikir mereka karena rata-rata berpikir kalau mereka tidak seperti itu, mereka tidak mendapatkan uang.
Pemerintah kota Bontang rupanya memperhatikan upaya Aslam slama ini dan memberi uang kepadanya yang dipakai untuk menyewa rumah dan mendirikan lembaga advokasi dan rehabilitas sosial, yang diberi nama yayasan laras pada tahun 2003.
Aslam mulai mengajak beberapa temannya untuk bekerja sama menjadi pembimbing konseling di yayasan tersebut hingga yayasan laras bisa memiliki klinik kesehatan dasar dan merekrut dokter.
Banyak kasus yang Ia tangani namun akhirnya ada beberapa dari mereka meninggal. Ini terjadi karena dari kasus-kasus tersebut para PSK yang sudah mau berubah namun kurangnya dukungan dari keluarga bahkan ditolak oleh keluarga yang membuat pasien menjadi tambah depresi.
Disinilah pentingnya peranan keluarga, teman dan lingkungan dalam menangani kasus ini. Jika dukungan untuk berubah banyak pasti akan lebih mudah untuk merubahnya, walaupun tidak sangat mudah namun pasti ada jalan.
Kalau membicarakan soal keberhasilannya pasti tidak gampang. Dari 100 orang yang datang untuk berkonsultasi mungkin hanya 3 orang yang benar-benar berhenti dari pekerjaannya dan memulai hidup yang lebih baik. Kembali lagi ke faktor keluarga, teman dan lingkungan serta ekonomi yang memaksa mereka untuk bekerja seperti itu.
Menurut saya, saya sangat setuju dengan apa yang dikatakan Aslam bahwa faktor keluarga, teman dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap banyak kasus narkodan dan HIV/AIDS. Dalam kasus seperti itu, kita tidak bisa 100% menyalahkan orang yang memakai narkoba atau menjadi PSK. Pasti ada alasan mengapa mereka bisa menjadi seperti itu dan yang bisa kita lakukan adalah mencegahnya namun jika sudah terjadi yang bisa kita lakukan adalah mendukung mereka untuk berubah bukan malah menjauhinya. Menjauhinya tidak akan menyelesaikan masalah. Saya sangat kagum membaca sosok Aslam karena memotivasi saya sebagai anak penerus bangsa untuk bisa berbuat baik kepada lingkungan yang lebih baik. Saya berharap kedepannya kesadaran terhadap narkoba dan HIV/AIDS lebih meningkat sehingga tidak ada lagi kasus seperti ini di Indonesia bahkan seluruh dunia.
Sekian rangkuman dan pendapat saya tentang kolom kompas edisi Rabu, 29 oktober 2014, bila ada kesalahan saya mohon maaf dan semoga tulisan saya ini bisa berguna bagi banyak orang. Terimakasih
Ni Made Laura Theux
LA64
1801434241
No comments:
Post a Comment